Selasa, 25 Februari 2014

PELAJARAN AGAMA KATOLIK SMP

Materi Pelajaran Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VIII

Pelajaran I : Sengasara dan Wafat Yesus
  • Baca Injil Lukas 23 :26-32 “Yesus dibawa untuk disalibkan”
  • Yesus juga mengalami penderitaan atau sengsara, sampai wafat di salib. Penderitaan yang dialami Yesus pertama-tama merupakan konsekuensinya dari tugas perutusan-Nya melaksanakan kehendak Bapa dalam mewartakan dan menegakkan Kerajaan Allah di dunia
  • Dalam mewartakan Kerajaan Allah, Yesus menghadapi berbagai macam resiko, antara lain dimusuhi, dijauhi oleh orang-orang yang tidak sejalan dengan misi-Nya. Musuh-musuh-Nya selalu berusaha menjatuhkan Dia, dan akhirnya berpuncak pada keinginan mereka untuk membunuh dan menyalibkan Yesus. Resiko tersebut sudah sejak awal disadari oleh Yesus. Tetapi Ia tetap setia pada tugas perutusan-Nya.
  • Itulah sebabnya, ketika penderitaan menimpa-Nya, Yesus berusaha menjalaninya dengan tabah dan taat penuh kepada BapaNya di surga. Yesus memandang penderitaan yang dialami-Nya sebagai jalan untuk penebusan dosa manusia, sebagaimana yang dikehendaki Allah, Bapa.
  • Sekalipun mengalami penderitaan, Yesus masih sempat menghibur wanita-wanita Yerusalem yang meratapi-Nya. Bahkan, menjelang kematian-Nya, Yesus berdoa kepada Bapa-Nya, supaya mengampuni mereka yang membuat-Nya menderita.
  • Kekuatan yang dimilki Yesus diperoleh melalui doa dan melalui sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada Bapa. Maka bagi Yesus, kematian merupakan saat penyerahan diri secara total kepada Bapa.
Pelajaran II : Kebangkitan Yesus
  • Baca Injil Yohanes 20:1-10 “Kebangkitan Yesus”
  • Baca Injil Yohanes 20 : 19-23 “Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya”
  • Baca Injil Yohanes 20 : 24-29 “Yesus menampakkan diri kepada Thomas”
  • Baca Injil Lukas 24 : 13-35 “ Yesus menampakkan diri di jalan ke Emaus”
  • Kisah kebangkitan Yesus sendiri tidak banyak dilaporkan dalam Kitab Suci. Kitab Suci hanya mencatat beberapa hal : para murid yang melihat kubur Yesus terbuka dan kosong, kain kafan Yesus yang tertinggal, berita malaikat yang mangatakan Yesus sudah bangkit, dan beberapa kai penampakkan Yesus. Para penulis Kitab Suci lebih mengutarakan dampak dari peristiwa kebangkitan.
  • Dengan kematian-Nya bagi kebanyakan orang Yahudi pada zaman-Nya, Yesus dianggap gagal, sia-sia dan seluruh karya-Nya seolah musnah seiring dengan kematian-Nya. Dengan kematian-Nya, seolah-olah Yesus tidak akan pernah diperhitungkan lagi.
  • Tetapi dengan peristiwa kebangkitan-Nya dari alam maut, Allah membalikkan semua pikiran tersebut. Kebangkitan Yesus membuat kehadiran Yesus tidak lagi terbatas pada ruang dan waktu. Ia hadir dimana-mana, dalam hati semua murid-Nya. Kehadiran-Nya itu mampu mempengaruhi hati manusia, menjadi semangat, inspirasi hidup bagi banyak orang.
  • Melalui kebangkitan-Nya orang-orang tidak hanya mengenang karya dan ajaran-Nya, tetapi menjadikan Dia sebagai kekuatan hidup sehari-hari. Kehadiran-Nya mampu membuat orang tidak hanya meneruskan karya-Nya, melainkan secara kreatif melakukannya. Kebangkitan Yesus merupakan pembenaran dari Allah terhadap Sabda dan Karya-Nya, pembenaran terhadap perjuangan Yesus Kristrus itu. Kebangkitan Yesus Adalah permulaan dari corak kehidupan baru, kelahiran baru dan permulaan suatu kehidupan yang lebih mulia dan Yesus sendiri sebagai “Ciptaan baru” yang datang dari Allah.
  • Tetapi sayangnya kehadiran Yesus yang bangkit sering sulit ditangkap oleh pikiran manusia, seperti yang dialami dua murid dalam perjalanan ke Emaus. Banyak orang memahami kematian hanya sebatas kematian fisik. Orang yang “mati” diartikan sebagai orang yang tidak bernafas lagi, tidak bisa bergerak lagi, tidak bisa beraktifitas lagi. Tetapi dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa menemukan orang yang “mati” sekalipun ia masih hidup. Orang yang “mati” adalah orang yang tiadk diperhitungkan lagi oleh sesamanya. Orang yang sudah putus asa, ptus harapan, orang yang tidak mampu memperbaiki hidupnya. Tetapi orang yang “hidup” atau orang yang “bangkit” adalah orang yang sungguh diperhitungkan, kehadirannya dinantikan, kedatangannya selalu membawa pembaharuan bagi sesamanya. Hal tersebut bisa terjadi bila ia sungguh-sungguh mampu mengalahkan “kematian”.
Pelajaran III :  Yesus pemenuhan Janji Allah.
  • Dalam hidup manusia, orang mengenal istilah atau perbuatan yang disebut “Janji”
  • Ada berbagai alasan yang mendorong seseorang untuk membuat atau mengucapkan janji, misalnya : karena rasa cinta atau belas kasih, karena rasa tanggung jawab, karena ingin memperbaiki situasi yang memprihatinkan menjadi situasi yang baik, karena mewujudkan suatu cita-cita, karena ingin membahagiakan orang lain dsb.
  • Bentuk sebuah janji bermacam-macam. Ada janji yang dibuat oleh diri sendiri, ada janji yang dibuat karena kemauan kedua belah pihak (kesepakatan), ada janji yang diucapkan secara lisan, ada pula janji yang dibuat secara tertulis.
  • Orang yang membuat/ mengucapkan sebuah janji diharapkan dapat setia untuk melaksanakan janjinya itu. Untuk mewujudkan sebuah janji memang dibutuhkan suatu perjuangan bahkan pengorbanan. Janji yang terwujud akan memnbahagiakan diri orang yang berjanji maupun orang lain.
  • Baca Kitab Kejadian 3 : 8-15
  • Tuhan sangat prihatin dengan situasi kedosaan manusia. Karena kasih-Nya kepada manusia, maka Tuhan menjanjikan suatu keselamatan bagi manusia (Kej 3 : 8-15). Janji ini mengandung arti bahwa suatu kelak, hal-hal yang menyangkut kejahatan dan dosa akan dimusnahkan, diganti dengan keselamatan bagi seluruh umat manusia.
  • Janji tersebut diungkapkan kembali oleh Nabi Yesaya dalam Yes 7 : 10-14, “sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan ia akan menamakan Dia Immanuel (ay 14)
  • Allah memenuhi janji-Nya. Allah tak ingin manusia hancur dalam kuasa dosa. Janji Allah terwujud dalam pribadi Yesus Kristus sang Putra Allah sendiri, yang selama hidup-Nya selalu mewartakan keselamatan bagi semua orang (Ibrani 1 :1-4)
  • Sebagai pihak yang telah diselamatkan, Allah menghendaki agar manusia memiliki hidup dan semangat baru. Yaitu hidup yang sesuai dengan kehendak Allah, meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa dan selalu mengarahkan diri pada keselamatan.
Pelajaran IV : Yesus Kristus Sungguh Allah Sungguh Manusia
  • Dalam diri manusia terdapat dua dimensi yakni kemanusiaan dan keallahan, kemanusiaan dan illahi. Kalau dimensi kemanusiaan tidak disertai dimensi keallahan, maka manusia tidak ada bedanya dengan binatang. Namun, tak ada satu manusiapun yang melulu tampil dalam keallhannya. Keallahan itu hanya memancar sebagian saja dari sumber utamanya, yakni Allah. Tetapi  keduanya tidak dapat dipisahkan, melainkan satu kesatuan utuh.
  • Ke-Manusiaan sebagai makhluk ciptaan Tuhan, antara lain memiliki ciri-ciri : dikandung dan dilahirkan oleh seorang Ibu, berjenis kelamin, membutuhkan makanan, pakaian, rumah, dan kasih sayang untuk dapat berkembang, memiliki panca indera, dapat berpikir, dapat merasa gembira, sedih, bimbang, dapat sakit, dapat mati, terikat ruang dak waktu dll.
  • Ke-Allahan tampak dalam : keabadian, sifat-sifat Allah : kasih sayang, pangampunan, dsb.
  • Sesungguhnya dalam diri manusia kedua unsur tersebut ada, namun khususnya dimensi keallahan tidak sepenuhnya mampu mengadirkan Allah sepenuhnya. Hanya dalam diri Yesuslah keduanya menjadi satu secara sempurna.
  • Baca Injil Lukas 2 :8-20 tantang “Gembala-gembala”.
  • Allah menjelma menjadi manusia, karena Dia terbuka dan ingin solider dengan kehidupan manusia. Dia ingin mengalami suka duka yang dirasakan oleh manusia, dan melalui kata-kata serta perbuatan yang dipahami manusia, Dia ingin bergaul dengan manusia dan mewartakan keselamatan bagi mereka. Sebagai Allah yang menjelma menjadi manusia, Yesus tidak ‘pra-pura’ jadi manusia, Dia adalah manusia sejati. Dalam Luk 2: 1-7, kita dapat tahu bahwa Yesus dilahirkan dari Rahim Ibu Maria, Ia adalah warga masyarakat karena ayah ibunya mengikuti sensus penduduk, IA lahir di sebuah tempat yang dapat dikunjungi oleh manusia yakni Betlehem, Ia adalah seorang laki-laki. Dalam teks lain kita dapat menemukan bahwa Yesus sungguh manusia. Ia punya nenek moyang (Luk 3:3-28), ia marah (Luk 19:45), Ia dapat takut (Luk 22:42-44), ia dapat sedih dan letih (Mat 14 : 12-14).
  • Yesus adalah manusia, namun sekaligus adalah Allah. Pada waktu Yesus hidup, banyak orang tak percaya bahwa Yesus adalah Putera Allah, karena Yesus hanyalah anak Yusuf dan Maria, orang dari kampung Nazareth. Seperti Natanael, “Mungkinkan sesuatu yang baik datang dari Nazareth?” (Yoh 1:49), atau kata imam-imam kepala yang yang membenci Yesus. “Kami mempunyai hukum, dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Dia menganggap dirinya sebagai Anak Allah” (Yoh 19:7). Dalam Luk 2: 8-20, sesungguhnya nyata bagi kita bahwa Yesus adalah Allah, karena ketika IA lahir, serombongan bala tentara surga hadir dan melantunkan pujian bagi Yesus sang Putera Allah. Teks lain juga menunjukkan kepada kita bahwa Yesus adalah Allah dan memiliki kuasa ke-illahian, misalnya ketika IA melakukan mukjijat penggandaan roti (Yoh 6:1-15), ketika IA menyembuhkan orang buta (Mat 20: 29-34), ketika IA bangkit mengatasi alam maut (Mat 28:1-10), dan ketika IA naik ke surga (Luk 24 : 50-53)
  • Dengan memahami tentang Yesus yang sungguh manusia dan sungguh Allah, kita dipanggil untuk meneladani cinta-Nya. Walau IA Allah, Ia tak meninggikan dirinya. Ia mau turun ke bumi, tiada lain untuk menyelamatkan manusia. Kita patut bersyukur kepada-Nya, karena Allah sungguh baik. Allah yang dulu kita pandang jauh, sekarang menjadi dekat dan hidup dengan kita.
 
Pelajaran V : Yesus Memanggil Murid-murid-Nya
  • Kiranya cukup sering terjadi bahwa kita dipanggil untuk suatu keperluan. Macam-macam orang bisa saja memanggil kita, misalnya teman, rekan kerja, atau atasan kita.
  • Mendapat panggilan dari orang lain, bisa merupakan pengalaman yang biasa saja atau juga pengalaman yang luar biasa. Bila orang yang memanggil kita sudah sangat biasa ditemuai, atau bila maksud panggilan sudah bisa diduga, maka panggilan akan terasa biasa.
  • Akan menjadi sesuatu yang istemewa bilamana yang memanggil juga luar biasa misal : berwibawa, punya keistemewaan, bukan orang biasa atau karena tugas yang diberikan istemewa, bukan biasa. Panggilan bisa ditanggapi dengan sikap yang berbeda.
  • Orang yang merasa panggilan sebagai hal yang mendatangkan kesenangan, kaharuan, keuntungan akan cepat menanggapinya. Tetapi itu akan membebani, membuat dirinya susah, atau untuk melakukan pekerjaan berta, umumnya orang akan berpikir dulu untuk menolak.
  • Dalam arti yang khusus, seseorang juga dapat merasakan keharusan untuk melakukan  sesuatu yang baik, sebagai salah satu bentuk panggilan dari dalam dirinya.
  • Dapat terjadi bahwa orang merasa dipanggil Tuhan. Umumnya, Tuhan memanggil kita sering lewat orang lain, seperti yang dialami Ignatius dalam kisah di atas.
  • Baca Mat 4: 18-22, Mat 9: 9-13, Mat 16 :24-28, dan Luk 9 : 57-62
  • Yang dipanggil menjadi pengikut Yesus adalah nelayan, pemungut cukai, an orang kaya. Sebagian dari mereka adalah orang miskin dan sederhana, yang dalam keseharian disingkirkan, dianggap remeh oleh para tokoh Yahudi.
  • Syarat-syarat mengikuti Yesus adalah meninggalkan segala-galanya lalu mengikui Yesus, mau menderita dan memanggul salib. Tujuan mereka dipanggil adalah turut serta dalam tugas perutusan Yesus mewartakan Kerajaan Allah.
Pelajaran VI : Cara Hidup Murid Kristus dalam Persekutuan
  • Baca Kis 4 : 32-37, Kis 2 : 41-47
  • Cara hidup Jemaat Perdana seperti dikisahkan dalam Kis $:32-37 dan Kis 2 :41-47 adalah perwujudan penghayatan hidup murid-murid Yesus. Cita-cita dan kerinduan hidup dalam persekutuan persaudaraan ternyata dapat diwujudkan. Hal pokok dalam hidup umat perdana yang harus diperhatikan adalah :
  1. Roh Kudus lah yang mempersatukan mereka menjadi orang beriman akan Yesus Kristus dan hidup sebagai suatu persekutuan persaudaraan sehati sejiwa. (ayat 32)
  2. Memandang bahwa setiap anggota persekutuan adalah sesama, sederajat, tidak ada dari mereka yang merasa lebih tinggi satu terhadap yang lain, sehingga mereka tidak pertama-tama hidup demi dirinya sendiri, melainkan saling menaruh kepedulian satu sama lain, sehingga tidak merasa kekurangan dan yang mempunyai tidak merasa kelebihan (ayat 33,34a)
  3. Adanya kepemimpinan yang melayani dan mampu mengahdirkan Kristus di tengah-tengah kehidupan Jemaat (Ayat 33a)
  4. Melimpahkan kasih karunia Tuhan dalam kehidupan Jemaat karena Kristus ada di tengah-tengah mereka
  5. Kewibawaan dan pelayanan rasul-rasul dalam kehidupan Gereja kita sekarang ini, walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Pelajaran VII : Tugas Perutusan Murid Yesus
  • Baca Injil Lukas 10 : 1-12 dilanjutkan 17-20 tentang “Yesus mengutus Tujuh Puluh Murid”
  • Yesus menghendaki agar kabar gembira keselamatan yang dibawa-Nya dapat diketahui oleh semua orang. Oleh karena itu, Yesus mengutus murid-Nya berdua-dua untuk mendahului-Nya ketempat-tempat yang akan dikunjungi-Nya. Hal ini juga menunjukkan bahwa Yesus tidak ingin berkarya sendiri, IA mengikutsertakan murid-murid-Nya karena pewartaan keselamatan adalah tanggung jawab bersama(ayat 1-2)
  • Ungkapan Yesus, “Aku mengutus kamu seperti anak domba ketengah-tengah serigala”, menunjukkan bahwa tugas yang diberikan oleh Yesus itu merupakan tugas yang berat dan mengandung resiko. Sungguhpun demikian Yesus menjamin keselamatan dan kesejahteraan mereka (Ayat 7&8)
  • Yesus memberikan petunjuk kepada para murid-Nya dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh-NYa, yaitu agar para murid tidak memilih-milih di mana dan kepada siapa mereka mewartakan keselamatan (ayat 8), agar mereka tidak membebani diri dengan harta (pundi-pundi) (ayat 4), agar mereka mengucapkan salam damai dari Allah dirumah-rumah orang(ayat 6) agar mereka menyembuhkan orang-orang yang sakit yang dijumpai (ayat 9), dan memperingatkan orang-orang yang menolak mereka (ayat 10).
  • Dalam memberikan tugas, Yesus juga memberikan jaminan kepada para murid-Nya. Mereka tidak akan terlantar dan kelaparan, sebab mereka adalah pekerja Tuhan (ayat 7).
  • Dalam Injil Lukas 10: 17-20 diceritakan pula bahwa setelah murid-murid-Nya kembali, mereka melaporkan kepada Yesus tentang hasil kerja mereka. Yesus sangat menghargai kesetiaan dan kesungguhan para murid, oleh karena itu IA berkata bahwa, “Namun demikian janganlah bersuka cita karena roh-roh takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di surga” (ayat 20).
  • Semangat kesederhanaan, kebijaksanaan dan kebersamaan dalam menjalankan tugas perutusan mewartakan kabar gembira diharapkan menjadi semanagat para murid Yesus zaman sekarang.
Pelajaran VIII : Teladan Maria dalam Mengikuti Yesus
  • Salah satu tokoh suci yang dihormati dan diteladani oleh umat Kristiani hingga saat ini adalah Bunda Maria. Dialah perempuan yang mengandung, melahirkan dan membesarkan Yesus.
  • Bentuk-bentuk penghormatan dan ibadat khusus yang bernuansa Maria tampak dalam berbagai bentuk Devosi : doa Rosario, Ziarah ke Gua Maria, Legio Maria, Novena, Koronka, dsb. Devosi-devosi Maria itu menjadi bertambah kuat karena dari pihak Allah sendiri memberi pernyataan suci yang mengukuhkan peranan Maria dalam kehidupan iman Kristiani. Hal ini tampak dalam berbagai kesempatan dan penampakkan dan mukjijat yang menampilkan peran Maria.
  • Gereja sendiri sejak awal mengakui peranan Maria dalam keseluruhan tata keselamatan. Hal yang dapat ditiru dari bunda Maria adalah Iman dan ketaatannya pada kehendak Allah.
  • Baca Injil Lukas 1 : 26-38, Matius 12 : 46-50.
  • Karya keselamatan Allah yang dilaksanakan dalam dan melalui Yesus Kristus mengikutsertakan Maria sebagai perantara terlaksananya karya itu. Ia mulai berperan ketika menyatakan bersedia dan taat kepada Allah untuk mengandung Yesus. (lihat Luk 1: 26-38). Sejak awal perjalanannya menjadi Bunda Yesus, Maria tahu bahwa ia juga akan memperoleh kegemberiaan sebagai orang pilihan. Namun, Maria juga akan memperoleh tantangan-tantangan yang cukup berat (Lukas 2:33-35, “ ….. dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri, supaya menjadi nyata pikiran dan hati banyak orang” ( ayat 35). Kesetiaan Maria kepada Allah dan kepada Yesus terus diuji. Ketika mencari Yesus kecil yang tinggal di Yerusalem seusai Perayaan Paskah, ia mendapat nada, “penolakan” dari Yesus, tetapi hal itu sangat dipahaminya sebagai bagian dari perjalanan putranya. Hal serupa terjadi ketika para rasul mengatakan bahwa ibu-Nya menunggu di luar, nada “penolakan” itu justru membuka pintu akan makna keterikatan dengan Yesus, yang tidak akan lagi dibatasi oleh hanya sekedar hubungan darah, melainkan hubungan iman (Mat 12: 46-50).
  • Pengujian Maria berpuncak pada peristiwa jalan salib Yesus. Dan sungguh tak tergoyahkan, ia setia menemani Putranya dalam jalan salib-Nya. Maria semakin membuktikan kesetiaannya dengan bersedia menjadi Ibu bagi para rasul, yang menjadi cikal bakal Gereja.
  • Dengan demikian, Maria sudah sejak awal menjadi Bunda Gereja. Keagungan pribadi Maria akhirnya dihayati oleh Gereja semakin luas pula, itulah sebabnya Gereja memberi banyak gelar kepadanya.
  • Walaupun demikian Gereja selalu mengingatkan agar umat menempatkan Maria secara proposional. Devosi kepada Maria tidak berdiri sendiri, melainkan harus ditempatkan dalam konteks Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan satu-satunya perantara keselamatan kepada Bapa.
Pelajaran IX : Yesus mengutus Roh Kudus
  • Banyak orang takut menjadi saksi, karena kurang peduli dengan nasib orang lain, tidak mau repaot, tidak mau berkorban demi menegakkan kebenaran.
  •  Ketidaksediaan memberi kesaksian secara benar, jujur dan adil dapat mengorbankan orang lain. Orang yang tidak seharusnya menderita menjadi menderita, orang yang kematiaannya masih bisa dicegah, mati dengan sia-sia, dsb. Pun pula, kesaksian palsu dapat menjerumuskan dan merugikan orang lain dan membuat diri sendiri berdosa.
  • Orang yang bersedia memberi kesaksian adalah orang yang siap dengan berbagai resiko, tidak hanya tenaga, pikiran atau dana, bahkan nyawa bisa menjadi taruhan. Maka sedikit sekali orang yang mau memberi kesaksian.
  • Ketika berada didepan umum, banyak orang Katolik merasa malu atau takut memberi kesaksian dirinya sebagai orang Katolik. Misalnya, malu membuat tanda salib, berdoa sebelum dan sesudah makan ketika di rumah makan. Walaupun, hal-hal seperti itu juga perlu kita lakukan secara bijak, karena kesaksian yang palingefektif adalah melelui tindakan kasih, bukan hanya dengan simbol-simbol keagamaan.
  • Baca Yohanes 14 : 15-20, Yohanes 15 : 4-11, Kisah para rasul 2 : 1-13
  • Setelah Yesus disalibkan, wafat, dan dimakamkan, para rasul mengalami kesediahan dan ketakutan yang luar biasa. Mereka sedih karena merasa ditinggalkan oleh gurunya. Mereka takut, bukan kepada para pemimpin Yahudi yang diduga akan memperlakukan mereka seperti mereka perbuat kepada Yesus, Gurunya, melainkan juga takut untuk memberi kesaksian tentang Yesus.
  • Perasaan sedih dan takut tersebut membuat mereka selalu hidup bersama-sama dalam persembunyian. Mereka tinggal diruangan-ruangan yang tertutup rapat. Mereka membutuhkan kekuatan yang mampu mengembalikan kepercayaan diri dan semangat mereka untuk menjalani hidup seperti biasa. Mereka senantiasa menantikan terpenuhinya janji Yesus untuk mengutus Roh Penghibur (Yoh 14: 15-20, 25-26, 15:4b-11)
  • Kerinduan mereka itu akhirnya terjawab. Pada saat Para Rasul sedang berkumpul di suatu ruangan tertutup tiba-tiba terjadi tiupan angin yang keras memenuhi seluruh rumah dan lidah-lidah api bertebaran hinggap pada mereka masing-masing. Mereka dipenuhi Roh Kudus (Lihat Kis 2 : 1-11). Roh Kudus yang hadir dalam diri para murid Yesus memberikan daya hidup baru kepada mereka. Roh Kudus memperbaharui hati mereka, dari hati yang penuh kesedihan dan ketakutan menjadi orang yang berani. Roh Kudus itu pula yang membuat mereka berani untuk mewartakan kebenaran atas peristiwa yang dialami Yesus Kristus.
  • Apa yang mereka alami menguatkan iman mereka akan Yesus Kristus, bahwa Ia tidak akan pernah meninggalkan mereka, melainkan akan menyertai senantiasa hingga akhir jaman. Hal ini berarti pula bahwa penyertaan dan kehadiran Yesus Kristus dalam Roh-Nya yang kudus itu terus berlangsung dan akan berlangsung hingga kini dan selamanya.
  • Penyertaan Yesus dalam Roh Kudus itu pulalah yang menguatkan iman Gereja hingga sekarang. Dalam keadaan sulit sekalipun, Gereja tetap percaya bahwa Roh Kudus terus berkarya menguatkan Umat-Nya. Pengahyatan Gereja akan kehadiran Roh Kudus itu tampak dalam berbagai ungkapan doa dan simbol yang digunakan dalam ibadat Gereja. Lewat simbol-simbol tersebut, daya kekuatan Roh Kudus tidak hanya dirayakan melainkan diwujudkan melalui anggota-anggota-Nya.
 
Pelajaran X: Roh Kudus Mempersatukan Para Murid
  • Kesatuan dan persatuan hanya mungkin terbentuk dengan kuat bila ada unsur perekat yang menjiwai semua anggota kelompok
  • Unsur-unsur perekat itu bisa berupa kesamaan hobi, kebiasaan, peristiwa/pengalaman khusus yang pernah dialami, perasaan senasib, atau keprihatinan-harapan-kerindun dan cita-cita yang sama, dan sebaginya.
  • Dalam perjalanan hidup bersama sebagai kelompok, unsur-unsur tersebut harus tetap dipelihara dan diperkembangkan. Bila tidak, maka unsur kesatuan dan persatuan itu akan memudar, dan akhirnya akan menghancurkan kelompok tersebut.
  • Baca Kitab Efesus 4 : 1-7, 4 :11-16. 
  • sunber: http://btalboys.wordpress.com/2012/12/07/materi-pelajaran-agama-katolik-sekolah-menengah-pertama-smp-kelas-vii/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar